
Singapura menghadapi kekurangan pasokan ayam setelah Malaysia melarang ekspor komoditas untuk menahan kenaikan harga domestik. Langkah tersebut membingungkan toko-toko yang menjual produk ayam di Singapura dan mengkhawatirkan konsumen apakah mereka masih bisa menikmati hidangan favorit mereka.
Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengumumkan pekan lalu bahwa mereka akan berhenti mengekspor 3,6 juta ayam selama sebulan mulai 1 Juni untuk menstabilkan pasokan domestik.
Larangan ini diperkirakan akan menyebabkan harga yang lebih tinggi dan kelangkaan di Singapura, di mana sepertiga pasokan unggas bergantung pada Malaysia.
Pada Selasa (31/5), antrean pengunjung mulai terlihat di luar lapak sebelum larangan diberlakukan. Sementara itu, media lokal melaporkan bahwa beberapa supermarket dan pasar segar menjual ayam.
Pemilik kios OK Chicken Rice Daniel Tan mengatakan kepada Reuters bahwa larangan Malaysia adalah “bencana” bagi vendor.
“Larangan itu berarti kami tidak bisa berjualan lagi. Ini seperti McDonald’s tanpa burger,” katanya.
Warung makan mengandalkan pasokan dari Malaysia yang sebagian besar mengekspor ayam hidup ke Singapura. Tan mengatakan dia harus beralih ke ayam beku selama seminggu.
Beberapa penjual bahkan mengatakan mereka akan berhenti menjual ayam dan mencari hidangan lain. Ini adalah kabar buruk bagi penggemar masakan ayam rebus yang sangat populer di Singapura.
Pemilik restoran populer Tian Tian Hainanese Chicken Rice mengatakan kepada outlet Singapura The Straits Times bahwa mereka akan berhenti menyajikan hidangan ayam jika bahan-bahan segar tidak tersedia.
“Saya membawa kembali tahu goreng, daging babi tumis, salad udang, dll, tetapi saya tidak menggunakan ayam beku,” kata pendiri Hu Kui Lian.
Perang Rusia dan pembatasan impor makanan
Sebelumnya, Badan Pangan Singapura mendorong warga untuk menggunakan ayam beku yang diimpor dari negara-negara seperti Brasil, atau mencoba daging dan ikan sebagai gantinya.
Malaysia adalah negara berikutnya yang menerapkan kebijakan perlindungan pangan. India melarang ekspor gandum dan membatasi ekspor gula setelah gelombang panas menyebabkan harga domestik meroket.
April lalu, Indonesia juga menghentikan sementara ekspor minyak sawit karena kelangkaan minyak goreng sebagai produk turunan sawit dan melonjaknya harga.
Invasi Rusia ke Ukraina telah memperburuk kenaikan harga pangan global dan sudah dipengaruhi oleh peristiwa cuaca ekstrem dan efek pandemi pada rantai pasokan global.
Di Malaysia, harga ayam meroket dalam beberapa bulan terakhir, dan beberapa pengecer mendistribusikan penjualan secara proporsional, sebagian karena kenaikan biaya pakan.
Selain larangan ekspor, pemerintah Malaysia juga mencabut izin impor ayam dan gandum untuk menambah pasokan. Pemerintah tetangga mengatakan mereka akan menyederhanakan proses bagi petani untuk mendapatkan subsidi.