
Survey terkini perusahaan piranti lunak internasional Globant, dan firma penelitian pasar YouGov memperlihatkan jika beberapa gamer yakini metaverse akan berpengaruh positif pada ruangan game.
Dalam survey bertema Metaverse Awareness Survei, 52 % gamer yakin metaverse akan mengganti industri video games. Bahkan juga, 41 % informan setuju metaverse akan berpengaruh positif pada industri itu daripada 25 % yang mengatakan kebalikannya. Dalam pada itu, 30 % gamer masih sangsi pada ide metaverse.
“Bersamaan pengetahuan mengenai metaverse dan kekuatannya jadi lebih umum, kami menunggu untuk menyaksikan sentimen ini menebar ke lebih beberapa orang di semua industri,” kata Nicolas Avila, Chief Technology Officer Globant Amerika Utara, seperti diambil pada Selasa (19/7).
Keragu-raguan pada metaverse ini diperkirakan karena informan belum dekat pada tehnologi imersif. Sekitar 60 % gamer memang percaya masalah pengertian metaverse, tetapi menurutnya kasus akrab dan hubungan masih jadi rintangan.
Lalu, 39 % gamer memiliki pendapat metaverse bisa menjadi mapan dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun, dan 38 % informan memprediksi waktunya dapat semakin lama.
Metaverse bisa dipandang seperti ruangan virtual tempat publikasi dan transaksi bisnis, terhitung pengalaman video games, terjadi. Sebagai catatan, survey ini mengikutsertakan 1.000 orang dewasa Amerika Serikat yang sudah bermain lebih dari tiga jam video games, baik di PC, konsol, atau basis mobile.
Implementasi metaverse
Dalam prakteknya, 40 % informan mengatakan tidak nyaman dengan iklan di ruangan metaverse, dan 35 % malah akui nyaman. Dalam pada itu, 25 % mengatakan ragu.
Dan, cuma 44 % informan yang siap terima iklan di metaverse bila ada gratis akses ke program atau game.
Meta, perusahaan induk dari Facebook dan Instagram, jadi perusahaan paling atas yang dikenali oleh informan, dengan prosentase capai 73 %. Sesudahnya, dituruti Epic Game/Fortnite 27 %, Roblox 21 %, The Sandbox 15 %, dan Niantic 10 %.
Walau hasil survey pada umumnya memperlihatkan ketertarikan yang cukup pada metaverse, tetapi tehnologi itu tetap terputus dengan Web3, menurut Bitcoin.com. Web3 sendiri sebagai ide internet angkatan ke-3 yang menyatukan tehnologi, seperti desentralisasi dan blockchain
Masalahnya mayoritas gamer belum juga semangat dengan pemakaian asset kripto atau NFT Sebagai bukti, 81 informan mengatakan tidak pernah beli NFT, daripada 16 % yang menjelaskan sudah membayar asset digital itu.
Cuma 34 % informan yang tertarik untuk menuntaskan transaksi bisnis dengan asset kripto. Kebalikannya, 45 % mengatakan tidak tertarik, dan 20 % masih ragu.
Metaverse bisa saja tawarkan deretan kesempatan usaha. JP Morgan, salah satunya bank paling besar AS, memprediksi berbelanja iklan dalam game metaverse saja akan capai US$18,41 miliar atau lebih dari Rp263 triliun pada 2027.
Menurut riset dari Morgan Stanley, metaverse bisa mendatangkan kesempatan sebesar US$8 triliun. Dan, hitung Bloomberg memperlihatkan kekuatan ruangan virtual itu capai US$800 miliar pada 2024. Pasar game dalam metaverse diprediksikan bisa menjadi ceruk pasar khusus, dan sesudahnya ada kekuatan dari usaha selingan, seperti film, live music, dan olahraga virtual.